Tips Mendapatkan Beasiswa LPDP Setelah Ditolak

Kamu pernah ditolak seleksi beasiswa nggak? Gimana rasanya? Sakit ya, kecewa banget… Ditolak beasiswa itu memang menyakitkan. Ya 11-12 sama ditolak gebetan. Wkwk. Soalnya perjuangan buat dapetinnya itu melelahkan ya. Setuju?

Pengalamanku pribadi, aku baru diterima beasiswa di percobaan kelima. Pertama kali aku mencoba seleksi beasiswa adalah beasiswa LPDP di tahun 2016. Saat itu aku gagal di tahap terakhir yaitu tahap wawancara. Lalu aku coba beasiswa lain dari pemerintah Australia (AAS) di tahun 2017. Gagal lagi. Di tahun 2018 aku coba lagi LPDP, gagal lagi di tes komputer. Tahun itu baru aja ada tes komputer dan bikin geger! Tahun berikutnya aku coba beasiswa pemerintah Inggris yaitu Chevening. Gagal lagi. Barulah di tahun 2019 alhamdulillah aku mendapatkan beasiswa LPDP.

Output dari menjalani proses seleksi yang melelahkan ini ternyata bukan semata-mata dapat beasiswa kuliah keluar negeri. Lebih dari itu, proses seleksi ini juga seperti pencarian makna hidup. Berkali-kali nulis personal statement, essay, bikin draf surat rekomendasi, bikin aku lebih mengenal diri sendiri dan tahu apa yang mau aku tuju dalam hidup. Cailaah.

Jadi, apa yang aku lakukan di percobaan beasiswa kelima dan berbeda dari persiapan beasiswa sebelum-sebelumnya? Dan juga apa kesalahan di beasiswa sebelumnya?

1. Mencari benang merah kehidupan
Saat pertama kali apply beasiswa LPDP, pilihan kampus aku adalah Master of Law di University Technology Sydney. Hal ini karena aku S1 Hukum dan tertarik dengan isu teknologi. Aku melihat perkembangan hukum tidak bisa mengejar perkembangan teknologi. Padahal di tempat aku bekerja, sebagai jurnalis stasiun TV, aku tidak bersinggungan dengan isu ini. Saat wawancara, pertanyaan utama “kenapa anda memilih jurusan ini?” lantas aku jawab berdasarkan teori dan tidak cukup tergambarkan mengapa aku butuh ilmu ini untuk mendukung karir aku ke depannya.

Setelah itu aku mencoba merunut kembali masa laluku. Apa pencapaian terbesarku, apa topik yang aku suka, apa yang membuatku bergairah? Aku mencoba menuliskan semuanya di kertas. Ketika menulis, pikiranku jadi lebih terpetakan.

Jadi ternyata setelah ditulis kelihatan bahwa aku menggeluti topik yang aku sukai yakni literasi digital dan peran media dalam menangkal disinformasi dan misinformasi. Aku sering bikin liputan di DPR tentang RUU yang berkaitan dengan data privacy, aku berperan di program cek fakta juga. Terus aku pernah terpilih mengikuti Google Verification Workshop di World Freedom Journalist Day, lalu workshop Digital Literacy Australia Awards, dan bertemu komunitas pegiat isu ini.

Bersama peserta Digital Literacy Workshop dari Australia Awards Indonesia

Lalu aku dan komunitas buku bentukanku @read.n.greet membuat kegiatan Festival Literasi Digital. Hal ini mempermudah aku dalam membuat essay LPDP. Pengalaman kerja dan di luar kerja terasa sinkron dan harmonis dalam menjemput cita cita di masa depan, menjadi ahli di bidang media dan komunikasi.

2. Memahami karakter pemberi beasiswa
Tiap pemberi beasiswa pasti mencari kandidat yang sempurna dari segi akademis maupun non akademis. Tapi kalau diperhatikan dari pertanyaan essay dan tahapan seleksi serta awardee-nya, masing masing mencari karakter tertentu. Misalnya LPDP cari yang juga punya jiwa nasionalisme dan kontribusi nyata ke masyarakat. Terbukti ada tes wawancara kebangsaan. Australia Awards cenderung kasih kesempatan lebih besar ke kandidat dari timur atau pedalaman. Lalu Chevening ke orang yang berpengalaman kerja minimal 2 tahun dengan kepemimpinan nyata dan punya networking yang luas. Kalau sudah paham karakter ini, kita jadi tahu bagaimana mempresentasikan diri kita di essay dan wawancara sesuai yang mereka cari.

Tahapan tes wawancara LPDP terdiri dari tes kebangsaan dan tes substantif

Pada saat ditanya “apa kontribusimu selepas studi?” Aku jawab aku mau jadi ahli di bidang hukum teknologi, bisa kasih masukan saat pembentukan RUU di DPR. Well itu gak salah kan untuk rencana jangka panjang? Sayangnya pemberi beasiswa LPDP ini karakternya adalah menginginkan penerima beasiswa punya kontribusi yang bisa segera diwujudkan. Tanggapan penguji wawancara saat itu, “Kamu butuh waktu lama dong ya untuk menjadi ahli. Padahal LPDP udah keluarin uang negara yang besar untuk kamu belajar. Ada yang lebih cepet?”

“Saya rasa semua butuh proses pak.” Jawabku yakin. Sayangnya respon penguji adalah mengernyitkan dahi. Hehe. Saat itu juga aku sadar penguji tidak puas dengan jawabanku. LPDP butuh kontribusi konkrit dari penerima beasiswa sepulang studi yang langsung dan meski kecil bisa berdampak positif untuk lingkungan sekitar.

3. Bergabung dengan komunitas pencari beasiswa
Carilah teman dekat yang juga sedang mencari beasiswa. Kumpulkan dalam satu grup dan berdiskusilah dalam tiap tahapan seleksi. Kalau ada info terbaru, kalian jadi bisa lebih aware loh. Contohnya dulu aku diskusi panjang lebar sama temen2ku di grup soal apakah essay LPDP pakai bahasa Indonesia atau bahasa Inggris? Selain itu juga jadi lebih termotivasi untuk melengkapi berkas serta menjalani persiapannya.

4. Menyiapkan dokumen persyaratan jauh-jauh hari
Percayalah dokumen ini penting banget disiapin dengan tenang. Pasalnya, persyaratan dokumen ini buanyak bangeeet. Coba cek aja dulu dokumen yang menjadi persyaratan di website LPDP. Selalu cek dari website resmi ya untuk info termutakhir.

Setelah itu, kalau dokumennya sudah kamu punya, scan satu persatu dan satukan dalam 1 folder. Kalau portal pendaftaran sudah buka, cicil uploadnya supaya tidak terburu-buru. Kalau belum punya, segera lengkapi dari yang paling butuh usaha dan waktu yang lama buat dapetin dokumennya. Misalnya tes kesehatan, SKCK, IELTS. Awalnya 3 ini kusiapin buru-buru. Asli bikin gak tenang. Untung aja sempet upload. Temenku bahkan gagal apply karena di detik detik jelang tenggat, koneksi di kosan dia error. Hiks banget kan!

5. Persiapan ekstra untuk latihan wawancara dan tes komputer

Tes wawancara itu adalah penentu akhir. Kamu harus benar benar meyakinkan dan bisa mengantisipasi pertanyaan yang akan muncul. Cari tahu sebanyak banyaknya jenis pertanyaan yang muncul di wawancara sebelumnya ke awardee LPDP. Kumpulkan dan tulis list pertanyaan dan jawabannya. Setelah itu lafalkan dengan lantang dan minta seseorang untuk berpura-pura menjadi penguji. Lakukan simulasi wawancara sampai kamu bisa menjawab dengan super lancar!

Untuk tes komputer, luangkan waktu khusus untuk belajar soal soal. Kerjakan sebanyak2nya soal tes CPNS. Aku pribadi bahkan sampai mengajukan cuti 5 hari sebelum tes komputer khusus untuk belajar psikotest. Hasilnya memuaskan banget. Skor aku sama dengan teman2ku anak ITB! Padahal itu soal matematika yang jujurly aku gak suka banget.

6. Cari dan temukan mentormu
Pertemuanku dengan mentorku berjalan dengan sangat tidak diduga. Saat itu aku sedang liputan Pemilu di TPS Pak Jokowi. Aku membawa buku ‘Filosofi Teras’ sambil menunggu antrian menyoblos sebelum Pak Jokowi tiba. Seorang di sebelahku bertanya “buku apa itu?” Perbincangan tentang buku berlanjut menjadi tentang beasiswa. Ia mendorongku untuk apply beasiswa LPDP. Orang ini bukan orang biasa, melainkan Mas Yanuar Nugroho. Ia adalah akademisi yang sangat cerdas, sebelumnya menjadi dosen di Inggris dan dipanggil kembali ke Indonesia untuk berkontribusi pada negara lewat UKP4.


Setelah pertemuan kami di TPS Jokowi, kami bertukar kontak dan aku langsung memintanya menjadi mentor saya. Saya membuat jadwal bertemu sebulan sekali. Bahkan mendekati proses wawancara, pertemuan menjadi seminggu sekali untuk berlatih wawancara.

“Aku gapunya koneksi orang hebat kayak kamu gimana dong?” Jangan sedih. Kamu bisa reach out ke awardee LPDP via LinkedIn loh. Lebih bagus lagi sih yang juga alumni kampus yang kamu tuju. Minta saran dan masukannya.

Berkat ini alhamdulillah atas izin Allah, keluarga, dan suami, aku bisa mendapat beasiswa LPDP dan insyaAllah berangkat bulan September tahun 2021 ini.

Mohon doanya ya teman-teman!

Buat yang berkali kali gagal kayak aku, jangan patah semangat coba terus ya. Kita gak akan pernah tahu bisa berhasil di percobaan ke berapa dan beasiswa mana. Sementara itu buat yang pertama kali mau apply beasiswa, semangat yaa! Semoga kegagalan ku bisa jadi pelajaran, jadi kalian bisa langsung keterima. Amiiin..

Tonton selengkapnya disini! Jangan lupa like, subscribe dan nyalakan lonceng notification ๐Ÿ™‚

Contact me for collaboration:


Comments

7 responses to “Tips Mendapatkan Beasiswa LPDP Setelah Ditolak”

  1. Congratulationss Kak Nad! So proud of you! Finally you’ve got the golden ticket from LPDP! Semoga segala urusannya dilancarkan, begitupula studinya! Sehat slalu!

    Like

    1. Terima kasih banyak ya! Jangan lupa follow IG https://instagram.com/nadiaatmaji yaa ๐Ÿ™‚

      Like

  2. Muhammad Adam Nugroho Avatar
    Muhammad Adam Nugroho

    Thanks for sharing. Kak, terkait kontribusi berarti jawabannya seharusnya seperti apa?

    Like

    1. Sama-sama ya! Kontribusi sebaiknya yang konkrit dan realistis. Misalnya kamu saat ini bekerja sebagai karyawan swasta di bidang infrastruktur, kamu bisa bilang selepas studi kamu mau kembali melanjutkan karir kamu sebelumnya, tapi kamu akan membuat perubahan di perusahaan tersebut dengan membuat program baru berdasarkan ilmu yang kamu dapatkan dari S2. Lalu kamu juga bisa cerita rencana kontribusi kamu jangka panjang di ranah publik. Mungkin kamu mau berkontribusi menjadi tenaga ahli kementerian atau anggota DPR, tapi kamu jabarkan seperti apa step2nya. Semoga menjawab pertanyaannya & good luck ya! ๐Ÿ™‚

      Sekali lagi terima kasih banyak ya sudah baca blog aku. Jangan lupa follow IG https://instagram.com/nadiaatmaji supaya ga ketinggalan info terkait beasiswa ๐Ÿ™‚

      Like

  3. […] post sebelumnya disini, aku sudah share cara detail untuk mendapatkan beasiswa LPDP setelah ditolak berkali-kali. Aku juga […]

    Like

  4. be great Avatar
    be great

    terimakasih atas informasinya, artikel ini sangat berguna, ditambah lagi membaca artikel berikut akan lebih mengerti

    http://news.unair.ac.id/en/2021/05/31/unair-student-wins-first-place-in-national-essay-competition-clc-law-fair-2021/

    Like

    1. Terima kasih.

      Like

Leave a reply to nadiaatmaji Cancel reply